Tuesday, October 01, 2013

Pathetic Path Ethics!

I just got to blog this. Agak mengkhawatirkan bagaimana beberapa orang menggunakan sosial media tidak pada tempatnya. Memang di setiap aplikasi, sosial media, everything digital, ada terms and conditionsnya. Tapi sekarang saya tanya, setiap ada pertanyaan untuk menyetujui terms & agreement itu, dibaca gak ya?

Gini, let me share what happened, hari minggu kemarin, tanggal 29 September 2013, ada KOTR (King Of The Road), sebuah ajang lari 16.8 km. KOTR dimulai sekitar jam 5-6 pagi, dengan peserta diminta hadir jam 5 pagi. Tampaknya, ada kontroversi di ujung acara di mana Agus Yudhoyono, putra pertama dari Presiden RI saat ini, datang sekitar jam 9 dan memulai lari lengkap dengan ajudan-ajudannya. Banyak yang keberatan dengan ini. Beranggapan bahwa beliau telat, merepotkan panitia untuk men-set ulang seluruh keperluan race, dan akhirnya berfoto bersama.

Tapi itu bukan itu inti ceritanya..

Ada 2 tokoh berinisial, RI dan RJI yang tampaknya lebih vokal dalam menyampaikan keberatannya. RJI menyampaikan keberatan di group WhatsApp-nya sedangkan RI menyampaikannya di Path. Posting mereka di screen capture dan disebar ke berbagai social media platform lainnya. Mulai dari Path, Twitter, hingga Facebook. Mau tahu akibatnya? RJI dipanggil ke Istana! Apa yang terjadi disana? I leave it to your imagination.

Yang ingin saya sampaikan disini adalah mengenai ethics. Ethics, atau etika bukanlah peraturan tertulis. Etika adalah aturan main yang dasarnya, dimengerti oleh semua orang, yang berdasarkan moral apa yang boleh dan tidak. Baik WhatsApp group atau Path adalah tertutup untuk lingkup orang yang ada di dalamnya. WhatsApp group hanya untuk peserta group itu, sedangkan Path hanya untuk konsumsi 150 teman terdekatnya.

Memang Path ada fitur Repath, dan di sinilah Path kurang jelas dalam konsepnya sebenarnya. Tapi kasarnya gini deh. Path itu rumah lo, 150 friends itu adalah keluarga lo. Suatu saat, lo lagi pengen telanjang aja gitu.. (Hak lo dong? rumah lo bukan?) Nah, trus ada 1 dari 150 anggota keluarga disitu yang foto lo bugil, trus disebar ke tetangga, gimana?

*jangan tanya kenapa saya mikirnya ke telanjang*

Ini lain lho sama Twitter. Twitter (kecuali terkunci), dan Blog, memang digunakan untuk konsumsi publik. Memang account itu sudah mengerti etikanya Twitter. Apapun yang di twit, user tahu bahwa itu akan bisa dilihat oleh siapapun.. SIAPAPUN. Kita pun sebenarnya harus menghargai akun twitter yang terkunci. Seandainya kita sudah menjadi follower akun tergembok, kita juga tidak etis untuk capture screen lalu disebar lagi.

Bukan bermaksud merendahkan seseorang. Tapi memang kita perlu ada sedikit aturan main. Bahwa dalam dunia sosial media yang segitu terbukanya (tampaknya), kita juga ada batasan. Merefer kembali ke kasus @benhan dan kasus pencemaran nama Nurdin Halid melalui BBM. Memang RI & RJI harus lebih berhati-hati lagi dalam meninggalkan digital footprints. Tapi kalau saya ada di posisi mereka, saya akan berpikir "I thought I can trust my friends."

Respect Privacy guys. Show that you are worth the 150 friends.

24 comments:

  1. Anonymous8:55 PM

    Temennya juga ga niat kaleee, kalau ada temen kita yang kesel kan kita dukung juga dengan cara gimana? Ya disebarin lagi biar banyak yang tahu kedodolan yang terjadi, jangan temennya yang disalahin, ga ada urusan sama etika ini sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. tanya dulu, bersedia di-repath apa ngga. as simple as that. ini masalah etika kok, menghargai privasi orang. orang yang udah percaya sama kita ketika dia memilih atau menerima kita menjadi teman di jejaring yang tertutup seperti path.

      Delete
    2. Halo Anonymous, boleh tau nama aslinya siapa? foto? twitter account mungkin? Its better to put a face to a name :)

      Mendukung kesel teman? salah satunya benar kata Roro Puteri, tanya dulu. Minta izin, kulonuwon :) She couldnt have explained it better.

      Cara kedua sebenarnya dengan berbicara dengan teman itu dulu.. apa maunyanya dia? tujuannya apa?.

      Apakah untuk seluruh dunia tahu? kalau itu, mungkin menyarankan dia ke media yang lebih besar dan berkata bahwa Path bukan tempatnya. Sarankan dia untuk twit atau bahkan lebih lengkapnya lagi.. Blog.

      Tapi kalau tujuan dia hanya berkeluh kesah ke 150 teman terdekatnya, the least we can do is.. listen :)

      Delete
    3. Mungkin "Anonymous" sedang menghormati privacy-nya sendiri.

      Delete
    4. Sebenarnya saya dapat manfaat dari tulisan di blog ini. Tapi yang bikin ga nyaman, pakai bahasa Inggris yang kurang pas, malah kesannya maksa bro... :peace:

      Bahasa Indonesia aja gpp kok, orang saya berkecimpung dengan bule, mereka juga tertarik dengan bahasa Indonesia.

      Bukan ngelarang, tapi kan...? Ah, sudahlah.

      Salam

      Delete
    5. @Lolita: ^^

      @Galih: Ah, you're most welcome to feel that way. I'd still be writing in mix English & Indonesian tho. Some words and phrases are just easier to express in English. I like both writing in English & Indonesian. Its my process of learning. :)

      Thanks for the comment tho.

      Delete
  2. Anonymous9:46 PM

    Setuju ama komen yg diatas saya, lah mentang2 anak presiden trus ga tertib gitu? Kasian yg udah jauh2 bangun jam 3 pagi demi ikut event itu., malah katanya yg kesiangan harus downgrade ikut yg 10k.. Lari aja sono sendirian siang2...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Anonymous, boleh tau nama aslinya siapa? foto? twitter account mungkin? Its better to put a face to a name :)

      Posting saya diatas bukanlah bertujuan untuk menyalahkan atau membela anak presiden. Tapi berusaha menyampaikan etika yang ada mengenai privacy. Kasus itu adalah salah satu contoh saja. Path adalah salah satu contoh medianya.

      By all means, saya serahkan ke pribadi masing-masing untuk menilai sang Pangeran.... on a different channel, not on this post ;)

      Delete
  3. Setuju dengan penulis dan tidak setuju dengan anonymous di atas. Internet world is no different with the real world, you gotta respect other people just like in the real world.

    ReplyDelete
  4. Anonymous12:12 AM

    apaansi ga jelas lo

    ReplyDelete
  5. Anonymous5:38 AM

    Seharusnya klo lo ga suka ya lo bilang langsung ke oknum, apaan tuh ngmng d belakang via path sm group whatsapp aja yg jelas2 kyk lo ngmngin orangnya di belakang doang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Anonymous, boleh tau nama aslinya siapa? foto? twitter account mungkin? Its better to put a face to a name :)

      You are missing the point, sob :D. Bukan being coward yang dibicarakan disini, tapi mengenai etika bersosial media ;)

      Delete
  6. Anonymous7:12 AM

    Dear blogger, ceritain lebih lanjut dong wkt RJI & RJ dpanggil ke istana, mereka diapain aja disana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Anonymous, boleh tau nama aslinya siapa? foto? twitter account mungkin? Its better to put a face to a name :)

      Saya tidak bisa bilang apa yang terjadi, karena saya sendiri tidak tahu pasti. Yang jelas twit RJI sangat apologetic sesudahnya ;)

      Delete
  7. tapi ini harus both way sih, si pemosting awal (RJ , RJI) juga harus aware akan impact nya, apalagi UUITE bisa dipakai memperkarakan mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes! both ways. Belajar dari kasus @benhan juga.

      Delete
  8. Anonymous4:47 PM

    Setuju! Tapi setau saya, awalnya postingan RJI itu bukan dari Path lho, tapi dari chat di Whatsapp Group :) Gokil yah.. lebih limited lagi dari 150 orang.. :S

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Inath. Iya. RJI dr group WhatsApp. RI dari Path. But we both on the same page ;)

      Delete
  9. Anonymous7:02 PM

    Setuju dengan yang 2 arah itu. Lagian, media sosial dipakai untuk senang-senanglah hehehe. Bukan untuk jelek-jelekin orang lain :P. Tapi memang kurang etis menyebarkan gosip internal sampai ke luar segala. Cuma, kenyataannya memang gitu. Misalnya broadcast di salah satu grup di BBG seperti kasus Solaria. Itu bisa diposting ke mana-mana oleh anggota grupnya ke grup-grup yang lain. Bisa nyantol ke FB dan twitter juga. So? ini bukan kasus baru, ya. Kalau berani memposting sesuatu di grup (online) yang seprivate apa pun, resikonya ya seperti itu :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indeed it is ;) digital footprint is there, forever

      Delete
  10. kebebasan berpendapat dan berekspresi dilindungi undang-undang.
    kebebasan melakukan penyebaran informasi? penyebaran informasi di kalangan lingkar pribadi?

    dunia virtual sama dengan dunia "asli". dalam konteks hubungan pertemanan juga bisa nanya dulu sebelum melakukan
    atau melakukan dulu baru nanya "salah apa engga"
    dan bisa juga melakukan dulu baru kemudian ditegur...dan minta maaf atau malah marah karena ditegur :)

    dalam persocmedan ini beberapa menjalaninya dengan pede, ragu-ragu, gamang, atau menolak untuk menjalaninya. seleksi alam yang menentukan. alam digital udah semakin nyata nih :)

    namanya belajar, (kadang) perlu (tau) salah untuk (tau) benar.

    **pesan sponsor: Petisi Cabut Pasal Represif dalam UU ITE

    ReplyDelete
  11. Wah, aku jadi tau yang sebenernya nih. Makanya rada heran, di Path tapi kok bisa ke mana2 ya..? Nice info anyway. :)

    ReplyDelete